Sejarah Islam: Antara Yerusalem dan Makkah
Mengapa Nabi lebih suka salat menghadap ke Makkah daripada ke Yerusalem? Secara historis Makkah sebetulnya lebih tua daripada Yerusalem. Yerusalem baru didirikan atau baru dijadikan kota suci agama Tuhan setelah jatuh ke Nabi Daud. Itu terjadi kurang lebih 3.000 tahun yang lalu. Tetapi Makkah dengan Ka'bahnya, paling tidak dalam Alquran disebutkan bahwa Ka'bah itu sebagai rumah suci pertama yang didirikan untuk umat manusia:
Sesungguhnya rumah suci yang pertama yang didirikan untuk umat manusia adalah yang dilembah Bakkah itu sebagai rumah yang diberkahi Allah dan sebagai petunjuk bagi seluruh Alam (Q.,3:96).Legenda menyatakan bahwa yang mendirikan Ka'bah itu adalah Nabi Adam a.s. Jadi waktu Nabi Adam diusir dari surga dengan segala kesedihannya, ada satu yang paling disedihkan oleh Adam, yaitu dia tidak lagi secara spiritual bisa mengikuti ibadahnya para Malaikat, berkeliling mengnitari Singgasana Allah (`Arasy).
Kemudian, konon, menurut legenda yang ditulis dalam beberapa kitab, Adam dihibur oleh Allah dengan dibolehkannya Adam membuat Ka'bah sebagai tiruan dari 'Arasy Allah. Dan Adam diperintahkan mengelilingi Ka`bah itu (thawaf). Jadi, thawaf (tawaf) adalah semacam cara ibadah menirukan Malaikat mengelilingi `Arasy Tuhan. Dan ternyata, seluruh jagat raya ini melakukan tawaf. Misalnya, bulan tawaf mengelilingi matahari. Dan matahari dan seluruh familinya yang terdiri dari planet-planet juga tawaf mengelilingi pusat dari galaksi, yang oleh para astronom internasional disebut Milky-way, atau dalam bahasa Indonesia disebut Galaksi Bimasakti.
Galaksi Bimasakti adalah salah satu anggota dari banyak galaksi yang ada miliaran galaksi. Dan besarnya- saking besarnya- tidak bisa lagi diukur dengan kilometer, melainkan dengan satuan perjalanan cahaya. Galaksi kita saja, yaitu gugusan bintang Bimasakti- yang kalau malam terang sekali, kelihatan seperti kabut membujur utara-selatan, karena kita melihatnya seperti cakram- meskipun bukan yang terbesar, namun sangat besar menurut ukuran kita. Besarnya itu hanya bisa dihitung dengan perjalanan tahun cahaya. Garis tengah galaksi Bimasakti- yang dianggap oleh para astronom tidak terlalu besar- adalah 400 tahun (perjalanan) cahaya. Jadi, cahaya itu memerlukan waktu 400 tahun untuk dapat menempuh jarak dari tepi ke tepi. Nah, coba kita bayangkan, cahaya matahari itu untuk sampai ke bumi hanya memerlukan waktu 8 menit. Galaksi yang menurut ukuran kita sangat besar itu, sebagaimana benda angkasa yang lain, adalah juga melakukan tawaf, mengelilingi pusat galaksi.
Mungkin banyak dari kita yang sudah hafal ayat kursi. Ternyata ayat kursi itu merupakan ayat yang sangat dalam untuk memahami kemahabesaran Allah Swt. Mengapa? Karena dalam ayat kursi itu digambarkan bahwa kursi Allah, atau singgasana Allah itu meliputi seluruh langit dan bumi. Jadi, ayat kursi itu merupakan suatu ilustrasi tentang kemahabesaran Allah yang sangat luar biasa. Kemahabesaran itu semakin terbukti dengan meningkatnya pengetahuan manusia tentang antariksa.Dengan demikian, thawaf sebetulnya warisan dari Nabi Adam a.s., yang menirukan gerakan seluruh alam ini. Tawaf yang dilakukan seluruh alam ini merupakan pertanda bahwa semua makhluk itu harus tunduk kepada Sang Khalik. Karenanya, bila melakukan tawaf, seakan-akan kita menyatakan diri bahwa kita bagian dari seluruh jagat raya yang muslim, yang islam, yang tunduk dan patuh kepada Tuhan.
Kita kembali ke Ka`bah. Jadi pada mulanya Ka`bah itu dibangun oleh Nabi Adam a.s. Tapi karena Ka`bah didirikan dengan bahan-bahan yang sangat sederhana, maka keberadaannya tidak bisa bertahan lama, kemudian hilang tertumbun pasir. Sebagaimana bisa kita lihat sendiri, dalam perjalanan dari Jeddah ke Madinah, sering terlihat badai pasir yang menimbuni jalan raya. Padahal, jalan raya sekarang ini sudah menggunakan teknologi yang sangat canggih, dan dibuat agak lebih tinggi. Bisa kita bayangkan betapa mudahnya bangunan dulu (yang masih menggunakan bahan dan teknologi sederhana) hilang tertimbun pasir. Dan ini terbukti, pernah terjadi dulu, Arabia mengenal minyak, dan dibuat pertama kali jalan raya, maka jalan raya itu banyak yang hilang tertimbun oleh pasir.
Nah, singkat cerita, yang membangun kembali Ka`bah adalah Nabi Ibrahim dan putranya, Isma`il. Alquran menyebutkan: Ingatlah ketika Ibrahim mengangkat kembali fondasi dan rumah suci itu bersama putranya, Isma`il (Q., 2:127).Kalau Ka`bah dihitung dari dibangunnya kembali oleh Nabi Ibrahim saja, maka peristiwa itu terjadi 4.000 tahun yang lalu. Itu berarti 1.000 tahun lebih tua dari Yerusalem. Karena itu, Alquran juga menyebut Ka`bah sebagai Rumah Suci yang sangat tua (Al-Bayt Al-Atiq). Kata “atiq” ini mungkin bisa diasosiasikan dengan bahasa Inggris, antique.
Rumah Suci (Ka`bah) itulah yang akan kita kunjungi (dalam `umrah). Dan mengapa Nabi memohon kepada Allah untuk pindah kiblat ke Ka`bah, adalah karena pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas. Tentu saja orang Yahudi dan orang Kristen tidak mengakui adanya asosiasi antara Ibrahim dengan Ka`bah. Bagi mereka, itu hanya reka-reka dari orang Arab saja. Begitu juga mereka (orang-orang Yahudi dan Kristen) mengakui bahwa yang dikorbankan itu adalah Ishaq. Tapi keyakinan itu sama sekali tidak didukung oleh fakta dan kebiasaan sejarah yang berlaku.
Dalam catatan orang-orang Yunani Kuno, kota Makkah itu dikenal sebagai Macoraba, yang artinya tempat mengorbankan atau tempat menjalankan korban. Dan Isma`il serta ibundanya, Hajar, tinggal di Makkah. Jadi, sebenarnya ada asosiasi antara tempat mengorbankan (Makkah) dengan Isma`il. Artinya kepercayaan bahwa Isma`il itu dikorbankan oleh Ibrahim dan tempatnya di Makkah, sudah merupakan bagian dari cerita turun-temurun di kalangan orang Arab yang mangaku dan merasa sebagai keturunan Isma`il. Dan cerita turun-temurun itu dipertahankan, antara lain, dengan ibadah korban hari raya Idul Adha. Sementara di Yerusalem, sama sekali tidak ada bekas dan jejak dari pengorbanan itu. Tidak ada dongeng dan praktik sedikit pun yang berkaitan dengan upacara, pengorbanan. Dengan demikian, jauh lebih kuat dukungan kepada pendapat bahwa Isma`il yang dikorbankan oleh Ibrahim, bukan Ishaq. Dan tempatnya tidak di Yerusalem, tapi di Makkah.
Karena itu, di Makkah kita bisa menyaksikan maqam Nabi Ibrahim. Orang Indonesia banyak yang salah paham tentang arti maqam. Mereka mengira maqam itu sama artinya dengan makam dalam bahasa Indonesia, yang artinya kuburan. Maqam di sini artinya tempat berdiri, atau tempat menetap. Ada juga yang mengatakan bahwa maqam Ibrahim itulah bedengnya (tempat berteduh) Nabi Ibrahim ketika membangun Ka`bah. Kemudian di Makkah itu ada Hijrnya Isma`il. Katanya, hijr (batu) itulah tempat Isma`il dulu membantu ayahnya mendirikan Ka`bah.
Sumber: Ensiklopedia Nurcholis Madjid
====================================================================================
Silahkan berkomentar sobat-sobat ku, ^.^
Tapi jangan komentar hal-hal yang tidak etis, kasar, berisi fitnah, atau berbau SARA ya.., hohoho...
Terima Kasih atas kunjungannya... ^0^!
====================================================================================